Pada tahun ini penyelenggaraan SBMPTN di wilayah Jogja ada sedikit perbedaan suasananya, kalau yang kemarin hanya di 4 PTN namun sekarang ada di 5 PTN dengan tambahan dari UPN Negeri Yogyakarta. Kedua jumlah pesertanya yang banyak.
Berikut ini berita lengkapnya dari Kampus UGM.
SBMPTN 2017 digelar serentak Selasa (16/5). Di Yogyakarta, pelaksanaan
SBMPTN diikuti 5 PTN, yaitu UGM, UNY, UPN, UIN Sunan Kalijaga dan ISI di bawah
koordinasi Panitia Lokal 46 Yogyakarta.
Total peserta ujian SBMPTN di Yogyakarta hari ini berjumlah 40.894 orang
dengan perincian 39.305 mengikuti Paper Based Testing (PBT) dan 1.590
yang mengikuti Computer Based Testing (CBT).
Sebelum kunjungan di PTN yang melaksanakan SBMPTN dilakukan terlebih dulu
konferensi pers bertempat di R. Sidang Pimpinan UGM. Hadir dalam acara tersebut
perwakilan dari 5 PTN serta Direktur Penjaminan Mutu Kemenristek Dikti, Aris
Junaedi.
Aris dalam kesempatan tersebut menjelaskan beberapa perbaikan yang dilakukan
panitia penyelenggara dalam pelaksanaan ujian SBMPTN tahun ini. Aris
menjelaskan perbaikan tersebut di antaranya dilakukan pada kualitas pelaksanaan
ujian.
“Itu juga bisa dilihat dari perubahan proporsi mahasiswa yang diterima pada
jalur SNMPTN sebanyak 30% sedangkan pada jalur SBMPTN sebanyak 40%,”papar Aris.
Ia juga menjelaskan perbaikan lain juga terjadi pada jumlah peserta SBMPTN
pada Computer Based Testing (CBT). Menurut keterangan Aris, jumlah
peserta CBT tahun ini naik sekitar 10 kali lipat dari tahun sebelumnya. Bila
pada 2016 jumlah peserta CBT hanya berkisar 2.000 orang maka tahun 2017 ini
jumlah peserta yang mengikuti CBT sekitar 20.890 orang di seluruh Indonesia.
Perbaikan juga dapat dilihat dari pelayanan terhadap peserta difabel. Rektor
UGM, Prof. Ir. Dwikorita Karnawati M.Sc., Ph.D., yang membacakan data terkait
peserta ujian SBMPTN 2017 menjelaskan bahwa di Yogyakarta terdapat 27 peserta
ujian SBMPTN berkebutuhan khusus. Jumlah tersebut meliputi 13 orang peserta
tuna rungu, 4 orang peserta tuna daksa, dan 10 orang tuna netra.
Terkait peserta berkebutuhan khusus, Aris Junaedi menjelaskan bahwa mereka
akan dilayani sebaik-baiknya oleh panitia penyelenggara. Mereka mendapatkan
pendamping satu sampai dua orang yang membantu teknis ujian, seperti memberikan
peringatan waktu bagi peserta tuna rungu yang tidak dapat mendengarkan suara
bel dimulai dan dihentikannya ujian.
Sementara itu, untuk mengantisipasi kecurangan dalam pelaksanaan ujian
SBMPTN juga tetap dilakukan. Wakil Rektor Bidang Akademi dan Kemahasiswaan UGM,
Prof. dr. Iwan Dwiprahasto, menjelaskan antisipasi tersebut dilakukan
dengan beberapa cara seperti pengawasan gerak-gerik mencurigakan yang dapat
menimbulkan kecurangan. Kemudian untuk mengantisipasi penggunaan teknologi
seperti telepon genggam, para peserta diwajibkan menaruh handphone
tersebut ke dalam tas lalu meletakkan tas pada tempat yang telah disediakan.
Antipasi kecurangan juga dilakukan dengan pengecekan identitas mahasiswa untuk
menghindari penggunaan joki pada ujian SBMPTN.
Beberapaa lokasi yang dikunjungi tim dari Panitia Lokal 46 Yogyakarta
bersama wartawan, diantaranya Fakultas Biologi UGM dan Fakultas Kedokteran UGM.
(Humas UGM/Catur;foto: Firsto AP). Berita ini berasal dari UGM